Atambua

Cerita tentang cita-cita tiga anak Tuamese, tak jauh dari perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Nusa Tenggara Timur. Tentang mimpi dan asa yang begitu besar pada negeri ini, yang justru datang dari tanah perbatasan yang kerap terlupakan.

Jumat siang di Atambua, setelah menempuh perjalanan satu jam saya tiba di bukit Tuamese, lokasinya tak terlalu jauh dengan Distrik Oekusi di Timor Leste. Tiga anak kecil menemani saya menuju puncak bukit. Ketiganya adalah Fitri, Arga, dan Rivaldi. “Kalian sudah sekolah? Kelas berapa?” tanya saya pada ketiganya yang disusul jawaban, “Sudah kakaaakk…” Fitri menjawab, “Saya kelas dua, Arga kelas satu, dan Valdi masih TK”.

“Kalau sudah besar, kalian mau jadi apa?” Si bungsu Fitri bilang ingin jadi suster karena sering melihat perawat di gedung Puskesmas yang baru saja dibangun pemerintah tak jauh dengan perbatasan. Si Arga menjawab ingin jadi presiden karena mengaku pernah melihat langsung presiden Indonesia saat mengunjungi perbatasan. Sedangkan si Valdi yang paling kecil mengaku ingin jadi polisi karena sering melihat pak polisi di jalan raya menuju perbatasan Motaain.

Asa ketiganya mungkin tak lagi sekedar mimpi. Di sepanjang jalan Atambua menuju perbatasan Indonesia dan Timor Leste, saya melihat sendiri jalanan yang begitu rata dan lebar, pembangunan rumah, sekolah, puskesmas, bendungan, listrik, bts komunikasi, hingga rumah Joni Si Pemanjat Tiang Bendera. Harapan mereka begitu tinggi pada negeri ini, di saat yang lain sibuk bertengkar sendiri.

Lokasi foto: Atambua, Bukit Tuamese, Pantai Kolbano, Pantai Oetune, seluruhnya di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur.

Artikel ini diposting di Instagram pada 12 Desember 2018.

Published by alexjourneyid

Going places off the beaten path.

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started